Thursday 31 July 2008

Bonjour, revere !


















so, here i am. living in my dreams.

ternyata gini toh rasanya ngejalanin mimpi terbesar dalam hidup. awalnya ada ketakutan bahwa setelah mimpi ini terwujud, gue ga ada mimpi lagi untuk disimpan dan diwujudkan. tapi ternyata disini gue mulai menemukan mimpi gue yang baru. apa itu? eits, nanti dulu. let me describe this one at first

Taize, sebuah
desa kecil di Perancis yang dapat ditempuh dalam satu jam perjalanan darat dari Lyon. karena gue landing di Charles De Gaulle (CDG), Paris, jadi rada ribet buat gue untuk mencapai Taize. Dari CDG, gue harus naik bus Air France dengan tiket seharga 15 euro (1 euro kurang lebih Rp.14000,-) dan kurang lebih satu jam perjalanan untuk mencapai Gare De Lyon (stasiun kereta api). baru dari situ disambung dengan TGV (semacam Shinkansen-nya Jepang) dengan tiket seharga 53,70 euro (silahkan itung ndiri dalam rupiah) dan kurang lebih satu setengah jam perjalanan. kemudian turun di stasiun Macon-Loche (udah masuk kota Lyon nih). baru dari situ disambung bis dengan tiket 4,80 euro dan kurang lebih satu jam. trus nyampe deh di Taize.

sebelum mulai kerja sebagai volunteer, anak2 yang baru dateng (such as me) harus ngejalanin keseharian sepert orang2 yang datang dan tinggal selama satu minggu. oya, disini kan tempat ziarah dan semacam tempat retret gitu, jadi yang datang dianjurkan untuk tinggal selama satu minggu, dari hari minggu sampai hari minggu. biar lebih afdol gitu deh ziarahnya. kegiatan kesehariannya adalah tiga kali doa harian pagi, siang, dan malam (dimana ini adalah pusat hidup di Taize, jadi penting banget untuk ikut ini), bible introduction atau kerja pagi dan siang, dan tentunya tiga kali makan serta satu kali snack sore.

menurut gue, Taize ini semacam Zion (minjem istilah dari The Matrix Trilogy). kenapa? karena gue bisa ketemu orang-orang hampir dari seluruh dunia. yup, dari berbagai belahan dunia. di dalam dormitory dimana gue tinggal aja, ada dari Laos, Myanmar, Cambodia, India, Czech, Togo, Senegal, Kenya, Madagascar, Chile, El Savador, haduh mana lagi gue lupa. dan gue s
ekamar dengan satu orang dari Burkina-Fasco dan satu orang dari Guatemala. Yup, dengan ciri-ciri fisik sangat berbeda satu sama lain, kebudayaan yang berbeda, serta bahasa yang tentunya berbeda pula. mostly penunjung yang datang dari Europe sih dan anak2 permanen (begitu sebutannya untuk anak2 yang tinggal selama 1 bulan, 3 bulan, atau 1 tahun) rata2 dari non-Europe. dan mostly bahsa nasional mereka bukan English. jadi kalo mereka ngomong English, dialek dan akesn mereka rada sulit gue pahami (mungkin juga kalo gue ngomong English, mereka juga malah tambah ga ngerti kali yak! hehe...). kalo orang yang bahasa nasionalnya English, gue nangkep banget, kaya teacher gue di EF yang asli Liverpool kan. tapi disini walopun ada beberapa negara yang ngomong English (such as Kenya, India), tapi gue tetep sulit nangkepnya....(apa jangan2 emank gue yang dodol yeh??)

dan kalo gue jalan2 ngiterin Taize, gue selalu berpas2an sama banyak orang. gue
suka iseng nyoba ngedengerin percakapan mereka walopun gue ga ngerti. sambil iseng nebak2 itu bahasa apa yah. tapi ndak bisa nebak juga. secara bahasanya beda2 dan gue ga bisa ngebedain mana bahasa jerman, belanda, ceko, polandia. tapi begitu gue masuk dalam gereja untuk berdoa dan bernyanyi, tiba-tiba mereka semua menggunakan bahasa yang sama.

minggu pertama gue kan join bible introduction, pagi dalam kelompok besar, siang
dalam kelompok kecil untuk men-sharingkan pertanyaan2 yang didapat pas pagi hari. gue suka banget sama sharing gruop gue. kami ber-11 dengan asal negara yang berbeda2. 3 dari indonesia (termasuk gue), 2 dari Chile, 2 dari Colombia, dan masing2 1 dari Poland, India, dan Hollan. dan setiap harinya kami selalu menghasilkan kesimpulan yang sangat menarik dan sangat dekat dengan konteks keseharian kami. dalam diskusi kami pun, ga ada konflik sama sekali. menurut gue, yang ada malah saling melengkapi.

mungkin banyak yang bilang bahwa hidup damai diantara perbedaan yang ekstrim itu sulit dan bisa dibilang hanyalah mimpi belaka. tapi Taize bisa dan sudah mewujudkan imp
ian itu.
dan gue mewujudkan impian gue di tempat impian yang terwujud ini.


NB: Happy Birthday to Aart Juliady! Maap daku tak bisa hadir untuk merayakan ulang tahunmu, teman.